Jumat, 28 Oktober 2016

Jangan Buang Sampah di Laut !

Kebersihan merupakan sebagian dari iman, itulah slogan yang sering kita dengar selama ini maka dari itu kita harus selalu menjaga kebersihan dimana saja kita berada. Kebersihan juga penting bagi kesehatan kita, karena di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran termasuk diantaranya debu, sampah dan bau. 

Sampah bukanlah hal yang baru bagi kita, jika kita mendengar kata ini pasti terlintas dibenak kita sampah adalah semacam kotoran, setumpuk limbah, sekumpulan berbagai macam benda yang telah dibuang ataupun sejenisnya yang menimbulkan bau busuk yang menyengat hidung. Dengan kata lain sampah dapat diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses yang cenderung merusak lingkungan di sekitarnya. Sampah merupakan salah satu dari sekian banyak masalah sosial yang dihadapi masyarakat. Masyarakat kota ataupun daerah yang padat pendududuknya pasti menghasilkan sampah yang begitu banyak 

Tumpukan sampah akan mudah kita dapati di berbagai tempat, terutama sampah plastik, termasuk di saluran atau aliran air, mulai dari selokan, daerah aliran sungai sampai tepian pantai, yang pada akhirnya bermuara ke laut. Ancaman keberadaan sampah plastik terhadap hayati laut pun tidak hanya menyebabkan berbagai pencemaran , tetapi juga sebagai material perusak, baik perusak pemandangan alam maupun perusak ekosistem laut secara keseluruhan. Apalagi, kehadiran sampah plastik diperkirakan telah mencapai dasar laut.
Berikut ini merupakan dampak membuang sampah  di laut :

1. Sampah mengganggu pergerakan satwa laut yang terjerat didalamnya
Banyaknya sampah di laut, baik yang mengambang maupun yang tenggelam, semua itu mengganggu pergerakan para satwa laut seperti ikan, penyu, dan anjing laut. Sampah kantong plastik, jaring, dan tali pancing menjadi penghalang bagi pergerakan satwa laut. Banyak ikan yang perjalanannya terhalang oleh plastik-plastik bahkan terjerat benang pancingan.


2. Banyak satwa laut yang mati akibat mengira sampah plastik sebagai makanannya
Akibat sampah, makanan satwa laut menjadi tercemar, dan mereka bahkan bingung mengenai makanan apa yang baik dan patut dimakan. Banyak satwa laut seperti ikan, penyu, bahkan burung yang makan ikan laut yang memakan sampah plastik. Karena memakan sampah, banyak dari mereka yang mati karena sampah plastik berbahaya dan bahkan tidak bisa terurai. Lebih bahayanya lagi jika ikan yang memakan racun di laut itulah ikan yang kita makan juga.


3. Tumpukan sampah di laut mencemari kejernihan dan kesegaran air laut
Jenis sampah yang dibuang di laut sangat beragam. Ada yang merupakan sampah plastik, botol, bahkan sisa makanan manusia serta pembuangan dari kapal yang melaut. Semua jenis sampah itu dapat mencemari air laut. Plastik dan botol minuman bekas, yang dalam pembuatannya mengandung bahan kimia, dapat menyebarkan racunnya ke air laut. Sisa makanan manusia dan pembuangan dari kapal juga merncemari air laut karena pembusukan sisa makanan tersebut. Air laut yang harum wanginya, bisa menjadi bau busuk. Rasa air laut yang asinpun dapat menjadi rasa lain karena tercampur makanan sisa yang membusuk di laut.


4. Sampah mengganggu kegiatan olahraga selancar dan menyelam
Para peselancar terganggu kegiatannya akibat semakin banyaknya laut yang tercemar sampah sehingga semakin sulit mencari pantai yang ombaknya tinggi serta bersih dari sampah.
Penyelampun mengeluh mengenai sampah yang menutupi keindahan bawah laut. Cantiknya terumbu karang harus diganggu oleh sampah yang berada disekitarnya bahkan tersangkut di terumbu karang.


5. Laut yang sudah tercemar sampah akan menyebabkan penyakit
Jika laut sudah tercemar sampah, maka virus, bakteri dan parasit akan hidup didalamnya. Hal ini dapat menyebabkan penyakit bagi orang-orang yang berenang di laut. Penyakit-penyakit yang bisa disebabkan oleh air laut yang tercemar adalah diare, infeksi hidung, telinga, dan mata serta gangguan pada kulit.


6. Sampah di laut menghambat perjalanan dan merusak kapal laut
Sampah yang ada di laut dapat menghambat bekerja baling-baling kapal yang ada di bawah laut. Terhambatnya kerja baling-baling kapal juga dapat merusak sistem dan membahayakan tangkai kemudi. Sampah-sampah yang tersangkut dapat pula menyebabkan proses pengambilan air laut ke kapal dan evaporator kapal menjadi terhambat.


Berikut ini beberapa jenis sampah dan lamanya terurai



Oleh karena itu, mari kita jaga laut kita dari sampah! Stop! Buang sampah ke laut!

Sumber : Dari berbagai sumber

Senin, 24 Oktober 2016

Ayo Jaga Kelestarian Laut!

Hasil gambar untuk laut
Planet yang sehat membutuhkan lautan yang sehat. Laut ibarat jantung planet kita. Seperti halnya jantung yang memompa darah ke seluruh bagian tubuh kita, lautan menghubungkan orang-orang di seluruh dunia, tak peduli di mana pun kita tinggal. Laut mengatur iklim, memberi makan jutaan orang tiap tahun, memproduksi Oksigen, menyediakan obat-obatan dan menjadi rumah bagi aneka ragam kehidupan liar yang menakjubkan.

Akan tetapi, saat ini lautan dunia tengah menghadapi ancaman sampah plastik. Laporan penelitian mengungkapkan bahwa pada tahun 2010, delapan juta ton sampah plastik berakhir di lautan. Jika kita tidak melakukan sesuatu untuk mengurangnya, pada tahun 2050, sampah plastik di laut akan lebih banyak dari jumlah ikan, seperti yang dilaporkan oleh World Economic Forum.

“Diperlukan tindakan mendesak pada skala global untuk mengurangi banyak tekanan yang dihadapi lautan dunia, dan untuk melindungi bahaya di masa depan yang mungkin menyerang lautan melebihi batas daya dukungnya,” kata Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon.

Laut memberikan begitu banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk laut?
Ada hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk membantu menjaga lautan agar tetap sehat:

  1. Gunakan kembali, sumbangkan, atau daur ulang barang-barang yang sudah tidak terpakai, daripada membuangnya ke TPA.
  2. Jaga selalu kebersihan pantai ketika mengunjunginya. Berpartisipasilah dalam kegiatan pembersihan pantai di dekat tempat tinggal Anda. Jika tidak ada kegiatan semacam itu, kenapa tidak coba menginisiasinya bersama teman-teman?
  3. Daripada menggunakan kantong plastik, gunakan tote bag yang bisa dipakai berkali-kali saat berbelanja. Bahkan kita bisa membuat tote bag hasil daur ulang, dari kaos yang sudah tidak dipakai misalnya.
  4. Informasikan minimal dua fakta mengapa lautan penting bagi kehidupan kita kepada sebanyak mungkin teman, dan ajak mereka untuk melakukan hal-hal sederhana untuk menjaga laut. Semakin banyak orang yang peduli dan bertindak, semakin sehat laut kita.

Tidak sulit kan? Ingat, perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Ayo jaga kesehatan lautan kita demi planet yang sehat!


Sumber : http://nationalgeographic.co.id/

Jumat, 21 Oktober 2016

Pengguna Alat Tangkap Cantrang Diinstruksikan Gunakan Gillnet Millenium


Menjelang berakhirnya tenggat waktu masa transisi penggunaan alat tangkap cantrang pada 31 Desember 2016, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) semakin intensif untuk mengajak pemilik kapal cantrang untuk segera mengganti alat tangkapnya dengan alat tangkap lain yang ramah lingkungan


Ketua Tim Gabungan Solusi Penggantian Cantrang KKP Agus Suherman, akhir pekan ini mengatakan, penggantian alat tangkap cantrang saat ini terus disosialisasikan kepada para nelayan yang menggunakannya. Sosialisasi itu, mencakup penggantian dengan alat tangkap baru gillnet millenium yang ramah lingkungan.
“Kita terus melakukan identifikasi dan verifikasi nelayan sasaran yang akan kita berikan bantuan berupa alat tangkap pengganti cantrang,” ungkap dia.

Asap hitam mengepul di langit Tanjung Balai karena empat kapal pukat trawl yang dibakar nelayan trandisional. Nelayan kesal, alat tangkap dilarang tetapi marak dan tak ada tindakan apa-apa dari aparat. Foto: Ayat S Karokaro
Asap hitam mengepul di langit Tanjung Balai karena empat kapal pukat trawl yang dibakar nelayan trandisional. Nelayan kesal, alat tangkap dilarang tetapi marak dan tak ada tindakan apa-apa dari aparat. Foto: Ayat S Karokaro

Agus mengatakan, kegiatan memberikan pendampingan kepada nelayan akan terus dilakukan, sampai seluruh alat tangkap cantrang  berhenti digunakan. Untuk pendampingan sendiri, salah satu sasarannya, adalah nelayan kecil atau tradisional yang tidak memiliki pengetahuan cukup atau modal banyak untuk mengganti cantrang dengan alat tangkap yang baru.
Salah satu posko pendampingan yang sudah dibuka adalah di Pelabuhan Pantai Morodemak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Posko tersebut dibuka untuk umum dan menjadi bagian dari Tim Gabungan Solusi Penggantian Alat Tangkap Cantrang di Jawa Tengah.
Khusus untuk nelayan yang menggunakan kapal ikan di bawah 10 gros ton (GT), posko telah memberikan pelayanan khusus pada 4-7 Oktober. Tujuannya, menurut Agus, agar nelayan kecil bisa paham dan tidak kebingungan lagi harus mengganti alat tangkap cantrang dengan alat tangkap yang baru.
“Kegiatan pendampingan telah dilakukan dari sosialisasi hingga ke tahap verifikasi nelayan. Anggota tim gabungannya ada dari DJPT KKP, BBPI Semarang, DKP Provinsi Jateng dan berbagai tokoh masyarakat,” ungkap pria yang juga menjabat Pelaksana Harian (Plh) Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP itu.
Menurut Agus, dengan dibukanya posko dan memberikan pendampingan, pihaknya ingin bantuan yang diberikan bisa memberi manfaat yang banyak, tepat guna dan tepat waktu. Utamanya, agar para nelayan bisa mengoperasikan alat tangkap baru yang diberikan, yaitu gillnet millenium.
“Tak lupa, dengan pendampingan, nantinya nelayan bisa mengoperasikan alat tangkap yang baru di daerah penangkapan yang tepat,” tambah dia.

Sejumlah nelayan sedang menarik jaring berisi ikan hasil tangkapan di perairan Tidore, Sangihe, Sulut. Foto : Themmy Doaly

Sejumlah nelayan sedang menarik jaring berisi ikan hasil tangkapan di perairan Tidore, Sangihe, Sulut. Foto : Themmy Doaly

Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KTNI) Riza Damanik, sebelumnya pernah mengatakan, penggunaan alat tangkap cantrang selama masa transisi seharusnya tidak boleh ada larangan sama sekali. Hal itu, karena pada masa tersebut menjadi masa peralihan bagi nelayan untuk mengganti dengan alat tangkap yang baru.
“Jika masa transisi sudah selesai, maka KKP bisa membuat keputusan apakah cantrang boleh dipakai atau tidak. Jika memang boleh seperti apa, begitu juga jika memang tidak seperti apa jelasnya,” jelas dia.
Seperti diketahui, KKP mengeluarkan Peraturan Menteri Kelautan dan perikanan Nomor 02/PERMEN-KP/2015 tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan RI.
Peraturan tersebut, mendapat keberatan dari berbagai kalangan, terutama dari nelayan yang biasa menggunakannya. Para nelayan yang sebagian besar berasal dari wilayah Pantai Utara Jawa itu kemudian mengadukannya ke Ombusdman Republik Indonesia. Dan, Ombusdman kemudian memberi rekomendasi kepada KKP untuk memberi waktu transisi kepada nelayan.
Gerai Perizinan
Selain mengarahkan nelayan untuk mengganti alat tangkap, KKP juga memberi kesempatan kepada nelayan untuk memperbarui izin kapal pengguna cantrang. Dengan perbaruan tersebut, maka izin akan menghilangkan alat tangkap cantrang dalam dokumen yang dikeluarkan.
Adapun, untuk mendapatkan izin tersebut, melayan bisa mendatangi gerai perizinan yang dibuka KKP di sejumlah kantor dinas KP di masing-masing daerah. Namun, selain itu, KKP juga sengaja mendirikan gerai yang disebar di sejumlah lokasi.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP Zulficar Mochtar mengatakan, gerai yang dibuka tersebut adalah gerai perizinan yang lengkap untuk melayani penerbitan izin berupa Surat izin Usaha Perikanan (SIUP), Buku Kapal Perikanan (BKP), maupun Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI).
Salah satu gerai yang dibuka, menurut Zulficar, ada di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Selain itu, masih ada 11 gerai lain yang tersebar acak.
Adapun, 11 lokasi yang sudah lebih dulu mengoperasikan gerai perizinan satu pintu, adalah Kendari (Sulawesi Tenggara), Belawan (Sulmatera Utara), Bitung (Sulwesi Utara), Jakarta, Sibolga (Sumatera Utara), Indramayu (Jawa Barat), Pemangkat (Kalimantan Barat), Manado (Sulawesi Utara), Pekalongan (Jawa Tengah), Bali, dan Probolinggo (Jawa Timur).
“Tujuan dari dari pembukaan gerai, adalah untuk mempermudah pelaku usaha kapal perikanan dalam memperoleh izin kapal. Selain itu, juga untuk mewujudkan perikanan yang bertanggung jawab, kelestarian sumberdaya ikan dan keberlangsungan usaha perikanan tangkap,” tutur dia.
“Untuk lokasi terakhir, merupakan lokasi terbanyak nelayan yang melakukan mark down kapal dan menggunakan cantrang,” tambah dia.


Sumber : http://www.mongabay.co.id/2016/10/16/pengguna-alat-tangkap-cantrang-diinstruksikan-gunakan-gillnet-millenium/

Senin, 17 Oktober 2016

Nelayan: Terumbu Karang di Pantura Sudah Rusak

Red: Nidia Zuraya


REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sejumlah nelayan mengungkapkan terumbu karang di perairan Pantai Utara (Pantura) Jawa sudah rusak sehingga harus melaut lebih jauh untuk mendapatkan hasil tangkapan yang lebih baik.
Mashudi dan Agus, dua nelayan asal Tuban, Jatim yang ditemui di Pangkalan Nelayan Eretan Kulon, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat Selasa (17/5), mengungkapkan sekitar 15 mil dari pantai, kondisi terumbu karang sudah rusak parah sehingga mereka melaut lebih jauh untuk mendapatkan tangkapan yang lebih baik.
Mashudi yang sudah 20 tahun lebih menjadi nelayan mengatakan, lima tahun lalu kondisinya lebih baik, namun akibat makin maraknya penggunaan cantrang ukuran besar membuat terumbu karang di perairan Pantura ikut terangkut. "Tanpa terumbu karang, ikan tidak bisa bertelur sehingga bergerak ke tempat lain," katanya yang mencari ikan sampai Pulau Biawak, Indramayu dengan jaring pursein.
Hal senada dikatakan, Rosyid, nelayan Eretan Wetan lainnya yang meminta ketegasan Pemerintah untuk memberantas alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti cantrang, apolo, dan garok. "Banyak yang tak mau beralih ke pursein karena hasil tangkapannya sedikit, tetapi saya dan ratusan nelayan lain, Alhamdulillah tetap bisa hidup. Kami tidak ingin merusak terumbu karang," katanya.
Sebagian besar nelayan dari Eretan Wetan menggunakan jaring pursein sementara sisi sebarang yang masuk Eretan Kulon, sebagian besar menggunakan cantrang. Nelayan di Eretan Wetan juga sering melepas rumpon di tengah laut agar ada tempat bagi ikan bertelur.
Sementara, Tarum, nelayan asal Gebang, Kabupaten Cirebon juga mendambakan terumbu karang di perairan Laut Jawa kembali tumbuh karena jika dibiarkan rusak maka tangkapan nelayan bisa terus menurun. Ia mengungkapkan masih ada alat tangkap yang ramah lingkungan lain seperti jaring pursain waring untuk menangkap teri atau jaring senggol untuk menangkap ikan pari.
"Dua alat tangkap itu tidak merusak terumbu karang, dan hasilnya juga lumayan karena terbukti sudah banyak nelayan yang beralih menangkap ikan teri," katanya.
Daryono, nelayan penangkap teri yang ditemui di Pangkalan Pulau Lampes, Brebes mengungkapkan hampir 80 unit kapal ukuran 9 sampai 10 GT di pangkalan mereka telah beralih menggunakan pursain waring karena pendapatannya cukup lumayan melebihi menggunakan alat tangkap lain.
"Saat ini kendalanya hanya harga ikan teri yang sedang turun selama enam bulan terakhir karena masuknya teri impor dari Thailand," katanya.

Ia mengungkapkan hasil retribusi pelelangan ikan di pangkalan mereka mencapai Rp 3 miliar per tahun.

Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/05/17/o7ax5w383-nelayan-terumbu-karang-di-pantura-sudah-rusak